Padadita - Ada begitu banyak orientasi/motivasi manusia dalam melakukan sesuatu. Entah meraih kesuksesan dalam studi, dalam pekerjaan, dalam mencari/menemukan pasangan hidup, dalam merebut kekuasaan di panggung politik, atau dalam hal lainnya. Disaat orang-orang berfokus akan hal tersebut, tak jarang orang melupakan salah satu inti dari kehidupan itu sendiri yaitu NILAI. Orang berperilaku berdasarkan nilai yang ia anut.
Masih hangat di ingat kita bagaimana proses pemilihan Ketua Umum Partai Golongan Karya yang mempertemukan Ical dan Surya Paloh. Masih di ingatan kita terkait hasil pemilihan gubernur DKI Jakarta yang mempertemuan Ahok vs Anies, sementara dari sisi lain, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Ahok mencapai 70an persen. Idealnya Ahok menang jika dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat. Tapi itulah dunia politik.
Pertanyaannya, apakah Surya Paloh menjadi terpuruk karna tidak terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar? Atau malah bersinar dengan partai yang didirikannya sendiri yaitu Partai NasDem? Seperti apa nilai tawar dari Ical saat ini di Partai Golkar, setelah sebelumnya sempat mengalahkan Surya Paloh?
Apakah jeruji besi benar memenjarakan Ahok dalam artian yang sesungguhnya dan Anies Baswedan tidak terpenjara, sekalipun tidak berada di dalam rutan dan saat ini sedang memimpin DKI Jakarta?
Pertanyaannya adalah, apa yang mau diwariskan bagi generasi? Nilai apa yang mereka bisa dapatkan dari pribadi kita? Bukan masalah menang atau kalah, berhasil atau gagal, tapi bagaimana keteladanan, kejujuran, integritas, hati yang melayani, pribadi yang sederhana dan berdampak, dan nilai-nilai mulia lainnya yang akan dikenang dan dicontohi oleh generasi, dan bukan persoalan hasil akhir, anda menang atau kalah, berhasil atau gagal.
Guru/mahasiswa UT, sedang belajar di ICT Adjarmanu |
Nilai-nilai yang dipertahankan saat proses menentukan NILAI ANDA YANG SESUNGGUHNYA. Itu akan menjadi warisan tak ternilai bagi anak cucu kita. Itu akan menjadi pegangan bagi generasi bangsa, yaitu keteladanan dari para pemimpin. Nilai dari para pemimpin. Bukan jabatan sesaat.
Kita lahir, tumbuh menjadi dewasa, menjadi tua, dan akhirnya mati. Entah kita kaya, miskin, cerdas tidak cerdas, penguasa atau rakyat jelata, kita akan berakhir di liang lahat. Kembali lagi, nilai apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita? Jabatan hanya sementara, harta tidak dibawa masuk ke kubur dan bisa habis begitu saja, tapi nilai yang akan menjadi bekal bagi generasi bangsa.
Selamat MEMBERI NILAI bagi Generasi Bangsa dan JADILAH PRIBADI YANG BERNILAI.
(AND)
Komentar
Posting Komentar